Korsel Nyatakan Akan Lakukan Balas Dendam

SEOUL (Suara Karya): Ketegangan di Semenanjung Korea makin menjadi. Disiarkan seluruh stasiun radio, Korsel menyatakan akan membalas serangan Korut atas aksi penenggelaman kapal perang mereka. Sementara itu, pemimpin Korut dikabarkan memerintahkan pasukannya agar siap berperang.

Korsel memulai kembali perang psikologis dengan melakukan tekanan yang diumumkan, Senin lalu. Mereka tidak hanya mengancam memutus hubungan kerja sama dagang, tapi juga berketetapan menghukum Pyongyang karena melakukan serangan torpedo pada Maret lalu yang mengakibatkan kapal perang mereka tenggelam dan menewaskan 46 tentara.

Amerika Serikat (AS) juga telah menyatakan dukungan penuh jika Korsel berniat membalas dendam, termasuk memberikan dukungan untuk menambah sanksi melalui Dewan Keamanan (DK) PBB. China, yang berada di belakang Korut dan banyak memberikan bantuan kepada negara tersebut dan merupakan anggota tetap DK PBB yang juga memiliki hak veto, sejauh ini tetap bersikap tenang.

Menlu AS Hillary Rodham Clinton yang sedang berada di Beijing sudah melakukan koordinasi dengan pejabat terkait mengenai masalah itu. Sedangkan utusan khusus China untuk masalah nuklir masih berunding dengan pejabat Korsel di Seoul.

Militer Korsel bahkan berencana melancarkan propaganda melalui selebaran untuk memberi tahu Korut mengenai kapal yang tenggelam. Dalam beberapa minggu ke depan, Korsel juga akan memasang pengeras suara di setiap menara radio dan sepanjang perbatasan kedua Korea untuk mengirim pesan kepada tentara komunis agar meninggalkan Korut dan membelot ke selatan.

Aksi itu selain meningkatkan ketegangan, juga memancing kemarahan Korut. Militer Korsel telah memperingatkan bahwa mereka juga akan meningkatkan semua fasilitas propaganda di zona demiliterisasi.

Kelompok pengawas Korut menyatakan bahwa pemimpin mereka, Kim Jong Il, memerintahkan 1,2 juta tentara agar siap berperang, tak lama setelah Korsel menuduh rezim Korut bersalah atas aksi penenggelaman kapal Cheonan, 26 Maret lalu.

Perintah itu disampaikan langsung oleh Jenderal O Kuk Ryol, kepercayaan Kim, dan disiarkan melalui pengeras suara ke seluruh penjuru negeri, beberapa jam setelah tersiar berita hasil penyelidikan tim intelijen internasional bahwa Pyongyang bersalah atas insiden tenggelamnya kapal Korsel.

Beberapa pejabat Korsel dan kelompok lain pengawas Korut belum mengonfirmasikan laporan itu. Kementerian Pertahanan dan Staf Gabungan Korsel menyatakan tidak berhak menduga-duga apa yang dilakukan militer Korut.

Park Sang-hak, tentara Korut yang membelot dan kini menjadi pemimpin aktivis anti-Pyongyang, mengatakan bahwa seorang sumbernya di Korut, Selasa pagi, memberi tahu bahwa tidak ada pengumuman seperti itu. Park juga menjelaskan bahwa pesan Kim biasanya disebarkan melalui surat kabar besar seperti Rodong Sinmum sebelum disiarkan melalui pengeras suara.

Ketegangan ini tentu saja membuat sebagian warga Korsel khawatir, terutama mereka yang berkantor di dekat perbatasan dengan Korut, yang juga merupakan daerah industri di mana banyak pabrik asing berlokasi di sana.

"Kami sangat khawatir, tidak hanya saya, tapi juga ribuan pekerja lainnya yang berkantor di sini. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi mendatang," kata Oh Mun-sik, pengusaha Korsel yang bekerja di Kaesong Industrial Complex.